Tiga buku yang menusuk perasaan saya. Duh..
Selengkapnya...From One Smile...
Karena kita dipertemukan untuk satu tujuan...
Wednesday, June 24, 2015
Tuesday, June 23, 2015
HBD dari 7 bidadari
Senin adalah hari kelahiran saya. Baru sadar saat bikin surat keterangan usaha untuk warga desa.
Ucapan selamat ulang tahun datang dari 7 bidadari. Meski telat. Alhamdulillah ada yang mendoakan saya.
Teringat dengan baju pemberian dari 7 bidadari. Sampai sekarang masih ada. Meski sudah compang camping.
Saturday, March 14, 2015
Dear #bidadarikedelapan
Saya tidak pernah melukiskan bagaimana rupamu. Saya juga tidak pernah mengira bagaimana raut wajahmu. Saya juga tidak pernah apadan bagaimana dirimu.
Maka...
Kepada sang khalik aku meminta.
Kepadamu aku mengajukan tanya..
Dalam dekapan hujan
Aku memilih berbasah dengan hujan agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menangis...
Emak bilang bahwa lelaki tidak boleh menangis.
Dulu...
Kala itu aku merajuk, merengek minta dibelikan sesuatu. Bagaimanapun jua saya berusaha untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Termasuk menangis.
Sayang, emak punya keteguhan yang luar biasa. Kalaulah sudah dibilang tidak, maka mestilah menunggu keajaiban untuk berubah iya.
Emak bilang bahwa lelaki pantang menangis.
Berhentilah mempermalukan dirimu. Tahan saja sakit itu. Toh esok juga akan sembuh sendiri.
Emak bilang kepadaku saat aku terjatuh. Lutut dan siku berdarah. Namun emak hanya menaruh lumatan pucuk ubi yang bercampur liur diatas lukaku.
Emak bilang lelaki hanya boleh menangis dalam masa tiga masa.
Dihadapan penciptanya
Dihadapan yang melahirkannya
Dihadapan orang yang mencintainya.
Tapi...
Saat ini...
Aku memilih berbasah dengan hujan, supaya orang tidak tahu bahwa aku sedang menangis...
Selengkapnya...Monday, February 14, 2011
aku kecewa malam ini sayang...
namun saya kecewa untuk sesaat ini, kenyataan yang ada tidak sesuai dengan harapan yang ku angankan. sederhana saja. namun sangat prinsip. engkau tahu, jika bicara masalah prinsip sesuatu bisa menjadi serius. dan untuk malam ini saya kecewa kepadamu sayang..
sayang...
saya tidak paham, apakah engkau paham dengan kasih sayang ku berikan kepadamu. memang saya tidak bisa memberikan semua keinginanmu saat ini. namun selagi saya bernafas, saya ingin membuatmu tersenyum. bukan hanya kamu saja yang tersenyum, namun orang-orang terdekatmu yang menyayangimu dan membanggakanmu.
maafkan aku sayang...
mungkin aku yang salah, aku tidak bisa mebuatmu paham bahwa sayang itu bukan hanya tertawa. bahagia dengan canda. dan dunia adalah miliki kita, sedangkan orang lain... ah masa bodoh dengan mereka. jangan pedulikan mereka, mungkin itu menurutmu sayang
maafkan aku untuk saat ini aku marah kepadamu, bukan aku benci, namun karena aku sayang kepadamu. mohon mengertilah, sayang itu terkadang terwujud dengan amarah. terkadang aku diam-diam dengan amarah. dan engkau tahu, jika amarah telah mengukungku aku akan tersiksa.
maafkan aku sayang...
aku berharap banyak kepadamu, berharap engkau bisa membebaskan aku dari rajut-rajut tak kasat mata. namun ada. aku ingin bebas. bebas bersama angin, terbang kemana saja, mengarungi luasnya dunia. menempuh jalan-jalan yang tak jejak.
sayang, maafkan aku sayang...
(kurai taji, 11/02/11, 00:47 WIB)
jejak-jejak tarian dzarah..
sedangkan aku serak berteriak dengan bahasaku
diam, engkau diam dengan keteguhanmu
sedangkan aku jungkal balik untuk mengejarmu
engkau tetap angkuh seakan tidak peduli
sedangkan aku, bosan...
dan jenuh mengerogoti kesabaranku..
sampai kapankah kita saling memahami?
oh bukan...
sampai kapan aku bisa memahamimu
dzarah...!!!
Entahlah...
dipertemukan untuk satu tujuan
dan itu terjadi berkat satu senyuman
puluhan tahun silam.
aku..
berdiri tertatih setelah letih melangkah
memandangmu yang telah jauh berlari
hanya bisa memandang
engkau...
tersenyum kepadaku
dua puluh tahun silam
membuatku terbang melayang
dan
kehilangan arah
dia...
adalah
hal yang engkau butuhkan
hal yang engkau dambakan
kita, aku, engkau dan dia
dipertemukan satu tujuan
dan sekarang aku hanya mampu
diam, sesaat menoleh kebelakang
menatap jejak jejak langkah
yang ditutupi debu
yang di kikis oleh angin
yang dibasuh air
aku diam
menatapmu menjauh
meninggalkan aku
yang berusaha untuk tersenyum
manatap musim bersemi...
(kurai taji, 11/02/11, 01.08)