Pages

Tuesday, January 18, 2011

habiskan makananmu aphoe

aphoe...
habiskan makananmu aphoe..
jangan biarkan nasi sebutir bersisa dipiringmu...
meskipun engkau bersuap dengan kananmu
walapun dengan asma illah engaku bersuap..
habiskan makananmu aphoe
jangan biarkan bersisa sebutir nasipun

aphoe..
tahukah engkau...
perjalanan sebutir nasi yang ada didepanmu?

ah...
dirimu mana pernah tahu...
butir-butir yang mengembang didepanmu ini
adalah hasil keringat dan doa hamba-hamba...
keringat...
dan doa...
ah dirimu mana pernah tahu...

dirimu mana pernah peduli...
bagaimana menyemai benih
menanam padi
menyerai pupuk
mengusir pipit
menghardik mencit

ah dirimu mana pernah peduli...

aphoe...
habiskan makananmu...
jangan biarkan lauk sepotong bersisa

meskipun engkau tidak pernah melaut
mengadu nyali menerjang ombak
menghadang badai

tersesat dihamparan luasnya samudra
berharap kepada bintang agar segera berpendar
untuk kembali kerumah
kepada insan-insan yang senantiasa mengirimkan selaksa doa
demi keselamatan yang tercinta

aphoe...
habiskan makanananmu...

meskpun engkau tidak pernah tahu
bagaimana susahnya mencari pupuk urea saat ini
bagaimana alam mulai bergolak
hujan panas terik datang tidak menentu
badai petir yang sulit diterka

aphoe...
habiskan makananamu..
karena engkau tidak akan pernah tahu
apakah berkah Allah justru pada suapan terakhir...

aphoe...
habiskan makananmu
jangan biarakan bersisa...

24 Februari 2010 jam 23:44

 

Selengkapnya...

cerita tentang diam..

Padamu banyak hal yang ingin kuceritakan. cerita tentang diam bila kau mendengar dan memahaminya mungkin engkaupun kan terdiam.. padamu aka ku ceritakan. tapi bukan sekarang, esok, ataupun lusa.... namun.. insya allah... sebelum tenda biru berdiri didepan rumahmu...


Baiklah... mungkin ini adalah saatnya. meskipun bukan saat yang tepat. pun juga bukan cara yang tepat. namun ini adalah salah satu jalannya. jarak yang membentang diantara kita dan waktu yang membelenggu kita dengan kesibukan-kesibukan. meskipun kita bertemu namun cerita itu tetap tersimpan. bukan karena enggan. namun tidak menemukan kosakata yang tepat..

padamu akan ku ceritakan tentang diam. yang tetap diam namun tetap ada. mengikuti bagai bayang-bayang. aku tidak bisa bicara. karena tenggorokan ini bagaikan tersekat.


jika engkau bayangkan cerita ini tentang cinta? mungkin ada benarnya. namun bukan cinta muda mudi. seperti yang mungkin sering engkau ingatkan. tentang ini tak perlu engkau ragu. diriku masih seperti yang dulu. tak akan pernah beralih arah... engkau tahu itu...

entah aku mulai dari mana. namun cerita ini ada dalam hidup sekitar kita. silaturahim yang terjalin dan terurai. terjalin dengan pernikahan terurai dengan perceraian. namun bukan cerita perkawinan dan perceraian masalahnya. cerita dalam keluarga adalah pentingnya.

ah.. cerita dalam diam ini susah untuk diuraikan. namun akan ku coba untuk merangkainya padamu.

jika suatu saat nanti engkau mendengar kabar buruk tentang aku. maka tak perlu engkau membela diriku. karena memang sedari dulu diriku ini memang diakdirkan dekat dengan keburukan. diri ini ditakdirkan hidup dengan belas kasihan. meskipun berusaha untuk ku ingkari. hidup ini adalah belas kasihan orang lain.

memang tidak ada imbal jasa yang diharapkan namun ingatka engkau petatah petitih tetua masa silam
pisang emas bawa berlayar
masak sebiji diats peti
hutang emas dapat dibayar
hutang budi dibawa mati


nah begitulah posisi dirku saat ini. berhutang budi yang tak akan pernah lunas terbayar dan akan terus dibawa mati. perihal utang piutang. jangan engkau risaukan masalah 16.8 juta yang aku smapiakan tempo hari lalu. kepada siapa. nanti saat tenda biru terbentang akan aku sebutkan. dan ku kira tak akan lama lagi bukan?

perihal utang budi ini lah yang aku risaukan saat ini. engkau tahu diriku tak akan lepas dari masalah ini. jika engkau tahu permasalahan yang sebenarnya maka mungkin engakau terdiam. dan aku yakin hal tersebut. diriku mempunyai keinginan kadang kala keingina ini sudah ada didepan mata. kesempatan sudah separuh ditangan. akan tetapi terpaksa ku lepas. karena masalah utang budi ini.

aku ingin bebas. namun belum kutemukan jalannya. mudah saja sebenarnya bagiku untuk lepas. sebab tidak ada ikatan yang akan menghalangi diriku saat ini. hanya saja masalah budi ini saja yang menghalangi. aku tahu suatu saat nanti ada kesempatan untuk itu. dan saat ini aku sedang mempersiapkan hal itu.

Padamu akan kuceritakan cerita tentang diamku selama ini. namun untuk kali ini cukup sampai disini...
engkau akan merangkai sendiri apa yang ingin ku ceritakan. namun perlahan....

07 Maret 2010 jam 0:07
  Selengkapnya...

aphoe... jangan berdebat dengan dokter...

"jika ada saudara ada suatu kepentingan dengan sesuatu. dan saudara merasa tidak sesuai dengan idealisme saudara, maka saya sarankan saudara menahan emosi saudara. sampai urusan tersebut selesai"


jangan berdebat dengan dokter... engkau tahu kenapa? dokter merupakan orang-orang hebat yang sangat pintar yang kepintarannya tidak diragukan lagi. telah teruji secara akademis. betapa hebatnya frofesi seorang dokter, sehingga kita tidak pernah bahkan tidak akan pernah mendengar seorang dokter menganggur. kepintaran seorang dokter tidak bisa kita ukur dengan indeks prestasi dengan skala empat. meski lulus dengan nilai berapapun seorang dokter tetap seorang dokter.

jangan berdebat dengan dokter... engkau tahu kenapa? karena mereka adalah insan-insan yang telaten, tekun dan penuh percaya diri. mereka tidak memiliki rasa takut karena mereka telah terbiasa dengan ketakutan orang-orang. mereka telah bergaul dengan kematian, sehingga seringkali mereka bisa membawa kepada apa yang dinamakan kematian. tidak mengherankan juga mereka juga bisa membawa kita kepada kehidupan. dan tidak salah jika orang-orang menganggap dokter sebagai perpanjangan tangan TUHAN.

jangan mencoba berdebat dengan dokter... sebab itu akan meruntuhkan harga diri mereka yang berwibawa. engkau tidak akan bisa menyalahkan mereka. sebab mereka adalah dokter...
mereka telah terbiasa dengan buku-buku tebal yang sering mereka gunakan sebagai bantal bilam mana mereka ingin tidur. sebab kemana-mana mereka selalu membaca buku. tidak akan pernah engkau temukanseorang dokter mempunyai buku yang difoto kopi karena mereka wajib memiliki buku asli dengan stiker hologram asli.

jangan mencoba berdebat dengan dokter... sebab mereka akan marah kepadamu. mereka lebih tahu tentang dirimu daripada kamu sendiri. jangan banyak tanya kepada mereka. sebab mereka selalu penuh dengan kesibukan. berdebat bagi meraka adalah suatu hal yang membuang waktu. mubazir. dan tahukah kamu mubazir itu adalah sahabat setan... dan jika kamu berdebat dengan dokter kamu termasuk golongan yang mubazir...

jangan berdebat dengan dokter... sebab mereka tidak peduli dengan pengetahuanmu tentang dirimu. seberapa banyak buku yang engkau baca. seberapa banyak jurnal sains yang engkau telaah. mereka tidak peduli. sebab mereka adalah dokter dan kamu adalah pasien. mereka lebih tahu tentantg penyakitmu daripada kamu yang mengalami sendiri...

jangan pernah mau berdebat dengan seorang dengan profesi dokter... sebab hak kamu adalah sekantong racun yang disebut obat. dan kewajiban kamu adalah membayar sekantung racun tersebut dan pulang dengan manut-manut..

jika engkau hendak berdebat dengan dokter.../b>
maka bersiaplah untuk menerima nasehat bijak dari DOKTER yang bijaksana...
yang dokter saat ini siapa? saya atau kamu?
"jika kamu tidak setuju... silahkan obati penyakitmu sendiri...
dan saya tidak bertanggung jawab dengan kamu...
maaf saya banyak pasien..."


aphoe... jangan pernah lagi mendebat dokter... karena itu akan merugikanmu.
jadi aphoe...
jika dirimu sakit... pergilah kepada dukun... bukan kepada dokterl


(menyikapi pelayanan dokter di sebuah kota yang besar sedikit dari sebuah desa)
09 Maret 2010 jam 17:06
Selengkapnya...

merenda tanda...

sudah kutulis apa yang hendak ku tulis.
namun tidak pernah bisa ku rangkai.
semua masih dalam berkas buram.
tak pernah utuh menjadi sebuah cerita.

hanya simbol dan tanda yang bisa kulukis
bukan rangkaian kalimat yang kutulis.
bisakah engkau memahaminya...?

sudah lama ingin ku bercerita,
namun semua selalu tersekat.
tak ada suara.

bisakah engkau memamahinya...?
semua masih berkecamuk dalam dada.
dari A sampai Z kembali ke A
dari 0 sampai sembilan kembali ke nol

entah engkau bisa memahaminya..
semoga bisa...
06 Juli 2010 jam 1:30 Selengkapnya...

Dancing of silent...

namamu
tercatat dalam pedoman utama hidupku
namun...
tanpa penjelasan
tanpa lukisan

menemukanmu perlu kekuatan.
bukan otot, bukan tulang
tapi akal fikiran.

unlimited definition...
bukan hanya diriku.
pun semua genius dunia
bersatu padu
mencarimu.

siapakah kamu...?
kaupun bertanya kepadaku
siapakah aku...?

kau ada...
dasar kehidupan dunia...
namun tak kasat mata
tetapi ada...

namamu ada dalam pedoman hidupku.
namun tersimpan dalam rahasia..

siapakah kamu...
who dance in silent..?
09 Juli 2010 jam 1:24 Selengkapnya...

Tunggu aku, di stasiun kareta pukul satu.

Peluit masinis mendengking, pertanda kereta akan berangkat. Bergegas ku percepat langkah kaki, setengah berlari, kereta sudah mulai bergerak ketika aku sampai di gerbang stasiun.

“Capek diak, kareta ka barangkek” teriak penjaga karcis cemas, berharap masih ada kesempatan.




Sesaat ku tertegun, menatap ruang tunggu di stasiun ini, tidak kutemukan dirimu. Ku putar badan dengan bertumpu pada kaki kiri, berharap menemukan pertanda kehadiranmu, sekeliling sekali putaran. Tidak ada.

Kereta sudah berangkat, sesaat ku masih terdiam, otakku berpikir dan berhitung dengan peluang yang ada. Beberapa detik kedepan itulah keputusanku. insting dan refleks bekerja optimal. Ku kejar kereta yang mulai berangsur meninggalkan statiun..

upsss, ku pegang gagang pintu kereta dengan sekuatnya, ku tarik badanku yang ringkih, sesaat terayun melayang diudara, penumpang kereta yang masih berdiri dipintu memegang tangan ku, yang lain manahan badanku, Alhamdulillah… hampir saja, kalau tidak sigap mereka membantuku, mungkin esok hari aku kan masuk koran lokal, seorang pemuda terjatuh dari kareta...

Kereta berangkat, diiringi peluit yang memekik meminta setiap yang ada di didepannya menyingkir dari jalur perjalannya. Tak peduli siapa yang ingin melintas, beri jalan untuk kereta. Inilah yang ku senangi dengan kereta api, menjadi prioritas dijalan raya. Setiap kendaraan baik itu motor, mobil apalagi sepeda, Bahkan mungkin ambulans yang membawa pasien gawat darurat pun akan berhenti mempersilahkan kereta api lewat angkuhnya, betapa menyenangkan menjadi prioritas.

Seperti para pejabat pemerintah yang mesti dikawal patroli jalan raya, meski hanya sekedar untuk pergi makan siang di sebuah kedai nasi di pinggiran kota. Beriringan, satu orang dalam satu mobil, padahal pejabatnya hanya satu atau dua orang, namun anehnya iringan kendaraannya sampai belasan. Dengan kelajuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ambulans emergensi manapun. Dasar penjabat, pasti mereka akan “menjilat” di kedai nasi tersebut…

Siang hari, penumpang tidak terlalu banyak, beberapa orang ku kenal, ku lemparkan senyum kepada mereka, sambil mengomentari aksi yang ku lakukan beberapa saat lalu. Duduk di pintu kereta memberikan kesenangan tersendiri. Bukan karena tempat duduk didalam gerbong penuh, namun untuk siang hari lebih nyaman duduk di dekat pintu, menikmati hembusa n angin sepoi-sepoi. Ini lebih baik dari pada merasa gerah di dalam gerbong.

Ku telusuri mulai dari gerbong kelima, kerena memang kereta ini Cuma lima gerbong, itupun biasanya hanya empat gerbong yang digunakan, gerbong pertama biasanya dikunci. Perlahan ku perhatikan seksama wajah setiap penumpang. Ada ibu-ibu yang kelelahan dengan tingkah polah anaknya yang selalu melompat kegirangan berlarian kesana kemari. Ada bapak yang sedang menghisap dalam-dalam asap dari rokok nipah yang dilintingnya sendiri. Ada beberapa remaja yang ku taksir baru tamat SMA, melihat dari raut wajah lugu dan polosnya. Ada mahasiswi yang sedang skripsi , ini ku tahu dari map yang dipegangnya. Ada ibu-ibu penjaja kue dan makanan ringan yang sedang bersiap bergerilya menawarkan dagangannya, mungkin ini yang disebut dengan pedagang asongan

Ada beberapa pengamen dengan ciri-ciri yang khas, celana pensil, rambut dicat pirang atau warna warni, sebuah anting bergayut di hidung atau dibibir bawah, ada juga yang memberikan aksesoris di alis, lidah dan segala macamnya, itulah wajah pengamen, mereka menyebutnya seni.

Ah.. beraneka ragam rupa warna dan corak yang saya temukan dalam kereta ini. ada juga sepasang kekasih yang memadu cinta, mungkin pengantin baru, sepasang cincin melingkar di jari mereka, dengan totol-totolan inai di pergelangan tangan mereka yang berpegangan mesra, tidak peduli dengan iri dan sirik dari penumpang lain termasuk aku… ah lupakan.

Sampai ke ujung gerbong, tidak ku temukan dirimu. Jangan dirimu, pertanda kehadiranmu tidak terdeteksi oleh seluruh indera yang ada pada diriku, mataku tidak menemukan senyummu yang manis, telingaku tidak mendengar suaramu yang merdu, hidungku tidak mencium semerba harum aroma feromon darimu, pun seluruh indra perasa di setiap inci kulitku tidak mendeteksi sinyal darimu.

Kembali ku telusuri gerbong, kali ini mulai dari gerbong kedua, tempat ku berakhir mencarimu tadi, sebab gerbong pertama memang sengaja dikunci. Pelan ku edarkan ke seluruh tempat duduk yang mulai terkelupas, entah kenapa, setiap namanya fasiitas umum selalu bernasib seperti ini, tidak terawat oleh penggunanya, salah satunya adalah saya. sampah berserakan, ada kulit yang kehilangan kacangnya, ada bekas minuman yang tupah ruah membasahi lantai, ada kulit telur asin yang menyebarkan aroma yang membuatku segera berlalu,aku paling sensitif dengan aroma telur asin, membuatku mual dan serasa hendak muntah. Ooohhhh…

Dipersambungan antara kereta, diantara pintu, dekat dengan tulisan toilet. Ku berdiam diri sejenak, berharap seseorang keluar dari ruangan privat tersebut, tersenyum sejenak, masa ada orang yang menunggu seseorang keluar dari toilet dan seakan-akan abra ka dabra, yang keluar adalah seseorang yang didambanya.

Ah.. ternyata anak-anak. Ku berlalu meneruskan pencarian ke gerbong selanjutnya. Dengan harapan yang mulai menipis, setipis iman yang makin menipis setiap hari, memperhatikan fenomena yang ada. Remaja yang bercengkarama dengan mengabaikan etika dan norma yang ada. Perempuan berbusana tertutup, namun sekilas manampilan keindahan yang terlarang, itu baru sekilas, kalau diperhatikan lebih lama… astagfirullah..

Bergegas ku berlalu, sebab memang ku tahu tidak akan ku temukan kehadiran dirimu diantara mereka. Ku teruskan ke gerbong selanjutnya. Seperti sebelumnya ku berhenti sejenak di persambungan antara gerbong, menunggu di dekat tulisan toilet. Kali ini agak lama. Huh siapa pula yang berada didalam sana. Kenapa lama? Merutuk ku dalam hati berharap agar seorang yang berada didalam ruangan pribadi itu segera keluar. Ah kawan.. jika kau melihat polah tingkahku saat ini mungkin kaupun tertawa, aku bersungut-sungut menanti orang keluar dari toilet, sedangkan aku sendiri tidak berkeinginan untuk menggunakannya. Dan kau tahu siapa yang keluar? Bapak yang ku lihat mengisap rokok nipah lintingan seperti yang aku ceritakan tadi. Sialan… merutuk aku dalam hati.

Dimanakah engkau?

Ku tinggalkan Bapak tersebut dengan segera, berlalu melanjutkan pencarian ke gerbong selanjutnya. Pengamen dan asongan sudah mulai bergerilya, menawarkan apa yang bisa. Genjreng gitar di selingi dengan kendang hasil modifikasi, dengan suara yang terlatih mereka melantunkan lagu yang menurut mereka cocok untuk situasi saat ini. dengan isyarat senyuman mereka mempersilakan ku lewat, mesti alunan musik mereka terganggu,

pedagang asongan juga tidak mau kalah. Dengan suara lantang berteriak. Sayangnya pedagang asongan yang pada umumnya ibu-ibu tidak memahami perkembangan saat ini. orang lebih memilih barang dengan Standar Nasional Indonesia. Mana ada mereka yang mau membeli sala, telur asin, tebu bunkusan, telur puyuh, kacang tojin. Kalaupun ada mungkin terpaksa, terpaksa karena anak-anak merengek, terpaksa karena ada kekasih disamping, terpaksa karena gengsi sama teman, terpaksa karena memang terpaksa sekali, munkin karena lapar yang tidak tertahan sebab lupa sarapan tapi pagi, dan malas makan siang, terpaksa minum karena memang sedang panas dalam, dan terpaksa lainnya diantarnya terpaksa membuang sampah kapan dia merasa terpaksa.

Ku merogoh kedalam saku, satu lembar dua ribuan dan satu recehan lima ratus, dua ribu lima ratus, itulah uang tersisa, sekedar beli karcis kereta. Bagi seorang pemuda seperti saya, berhitung adalah suatu keharusan. Bahkan recehan seratuspun aku perhitungkan. Sebagian teman mengatakan saya pelit, dan saya mengakuinya. Seringkali saya temukan recehan seratus rupiah tergeletak begitu saja. Bahkan seorang pengemispun seakan enggan dengan benda tersebut, dan aku. berharap orang tidak melihat. Kanan kiri, Ok. Alhamdulillah.

Dan memang rezeki itu tidak berpintu. Mungkin saat ini aku baru menemukan recehan seratus, mungkin nanti seribu, esok sepuluh ribu, lusa seratus ribu, esoknya lagi dan esoknya lagi, saya tidak tahu. Mungkin satu milyar.. ah mana ada uang satu milyar tergeletak dijalan,

Dua ribu lima ratus, itulah harga karcis kereta selain hari libur, dan itu sangat dan sangat membantu sekali dengan kondisi keuanganku saat ini. murah dan meriah, memang kereta adalah alterantif transportasi bagi kaum seperti saya. dengan kereta saya bisa irit 300 %.

Hidup itu perlu perhitungan. Bukan hanya kabataku, kali bagi tambah dan kurang. Setiap yang kita kerjakan akan dihitung, meskipun sebesar dzarrah. Engkau tahu yang namanya dzarrah? Makhluk terkecil dan terimut di dunia, bukan lagi atom, bukan lagi proton, neutron ataupun elektron, bukan lagi kuark, meson, lepton, boson, ataupun hadron, namunn dzarah adalah yang terkecil dari yang terkecil. Jika engkau bisa berimajinasi, bayangkanlah yang terkecil dari yang terkecil, dan yang terkecil dari yang terkecil tersebut, seterusnya sampai engkau lelah membayangkan. Dan yang terkecil itu pasti diperhitungkan.

Uang terakhir tersebut kuserahkan kepada petugas karcis diatas kereta, tadi ku tak sempat membeli karcis diloket stasiun, karena kau tahu aku tadi hampir ketinggalan kereta. Pencarian tetap berlanjut. Namun sampai gerbong terakhir tidak juga ku temukan dirimu.

Dimanakah engkau?

Lelah, ku duduk di pintu kereta, membiarkan angin menghempas ke wajahku, kasar terasa. Diluar mentari bersinar terik, hawa panas diselingi sepoi angin silih berganti. Penat ku telusuri gerbong demi gerbong. Tidak ada dirimu disini

Adakah engkau datang hari ini? Apakah engkau tidak naik kereta? Apakah engkau masih menunggu di stasiun? Masihkah engkau menunggu, meskipun sudah lewat pukul satu. Ooooohhhh…. Kuraih ponsel kesayanganku, nokia 1600. Ku cari namamu di phonebook, maaf .. aku bukanlah penghafal yang baik, malah aku adalah pelupa yang parah.

“nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi….”
“nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkaun cobalah beberapa saat lagi…”


Hanya jawaban operator seluler yang aku dengar. Maafkan aku, kita tidak bisa berjumpa seperti perjanjian kita. Padalah banyak yang akan ku ceritakan padamu. Bukan hanya tentang kereta ataupun tentang kota. Sayang…!
Kurai taji, Rabu. 21 juli 2010. Selengkapnya...

sayup nan melerai diam...

sayup...
semilir angin terasa begitu menusuk
perih...
tanpa goresan...
sakit...
mendenyut...
meski tanpa luka...

rinai...
merintik meyapa diam
menggulirkan sebuah asa
meski kehilangan bekas

dalam diam ku menatap uap yang menari
menyeruak di himpitan terik mentari
membubung...
membiasakan cahaya

gemuruh...
menggelegar dalam dada
menggema mengoyahkan iman
dengan kejutan sejuta
halilintas yang mencambuk rasa

sayup semilir angin datang  menyapa
mengabarkan rinai yang segera berkujung
memberi tahu halilintas yang mendekat
membawa gemuruh nan menggelegar

kurai taji, 15 september 2010 Selengkapnya...

sebuah luka yang kupersiapkan...

ku persiap kan sebuah luka
untuk hati yang tak resah
mungkin ini lebih baik
daripada mengharap bintang jatuh

ku sediakan ruang dalam relung jiwa
menahan perihnya sayatan rasa
daripada semuanya hancur tak bersisa

aku tahu
engkau tahu
bagamana rasanya

namun
lukaku tidak sedalam luka yang telah ku torehkan kepadamu
lukaku tak seperih luka yang telah mengiris perasaanmu
meski kita kan sama-sama terluka
tapi kau mengajarkanku
seulas senyuman untuk mengobatinya

ku persiapkan sebuah luka
meskipun aku ragu apakah aku sanggup
untuk tetap tersenyum

kurai taji, 17 september 2010: 17:19:51
Selengkapnya...

wanita diteras rumahku...

kutemukan dia duduk meringkuk diteras rumahku. dini hari lewat pukul satu pagi. tak perlu engkau bertanya pasal apa yang mengirimku kembali kerumah disaat semua nocturnal sedang bergerilya. Eudiscopus denticulus yang melesat gesit diantara ranumnya jambu. atau Paradoxurus jerdoni yang sedang bergelayut manja di dahan mangga. atau intaian Athene cunicularia yang bertengger dipohon kelapa yang tempo bulan disingahi guntur yang menggelegar

pantulan blitz dari langit menghasilkan sebuah pose yang menakjubkan. anak rambut sejengkal yang tak rapi terurai menutupi dahinya, bergerai dihela angin yang nakal. matanya yang sayu menatap ujung langit tak berbintang mencoba menembus gumpal-gumpal awan kelam. menuju rembulan yang sepertinya tersenyumpun enggan. tangannya kekar merengkuh gadis kecil yang menyurukkan kepalanya diantara ketiak. bergelung dengan memeluk secarik kain. sedangkan kakinya merinkuk dan merapat kedada.
pose yang menantang...
menantang kejantananku sebagai seorang lelaki. sebagai pria dengan letupan gairah. sebagai seorang insan yang mengaku sebagi khalifah...

ah... andaikan saat ini aku menggengam sony alfa700 yang kudamba. kemudian pose seperti ini aku rekam dalam sebuah file. tanpa menggunakan efek aplikasi apapun maka yakinlah aku bahwa aku akan memenangkan sebuah kontes foto bertemakan "humanity: save mother and child""humanity: save mother and child" dan munkin akan menjadi picture dari jurnal-jurnal yang dipublikasikan oleh United Nation Development dan Population , atau sekurang-kurangnya National geographic kan menobat pose ini sebagai best picture in the limited edition.

akan tetapi..
file itu tetap tersimpang dalam memory cerebrum. tidak ada satupun instrument yang bisa melakukan print out dari memori ini. kecuali sederet titik-titik yang bias terangkai menjadi jutaan kode. yang setiap orang akan melakukan encoding dengan metode yang berbeda. sehingga menghasilkan picture yang yang berbeda.

blitz kedua menyadarkannya akan kehadiran sepasang mata yang menatapnya dipintu tanaman pagar yang masih menguapkan getah flavonoid. aroma alam yang menyegarkan. dari alam dengan penuh kebaiakan. menyentakannya dari koneksi tnpa batas yang telah dirajutnya . disaat dia sedang sibuk menjelajah. melesat melejit berpacu dengan paket-peket foton dicelah koridor langit.mencari jawaban dari bertumpuk-tumpuk pertanyaan.

bergegas dia berkemas, beringsut sedikit namun tak beranjak. meyapaku pendek namun dengan helaan nafas yang panjang. kemudian diam menatap kepada bunga kertas yang berguguran. legam tangannya mendekap erat. merengkuh teguh. sehingga sang bocahpun mengeliat mencoba melepaskan kungkungan yang menyesak. dalam mata terpejam.

ku sapa dengan diam wanita yang meringkuk diam diteras rumahku d engan diam sejuta kata dengan diam seribu rasa. tanpa ada tanda tanya? karena ku tahu tanda tanya tersebut segera berganti dengan tanda seru sebelum udara menggetarkan vibra di tenggorokanku. membungkamku dengan malam yang kelam.membungkamku dengan asam arang yang menyesakan.

tak perlu bertanya karena diapun tahu aku telah mampu menduga. maka dipalingkan wajahnya dari jangkauan cahaya . menjauhkan raut wajah yang mulai samar terpapar. melemparkan pandangan kepada rumpun mahkota dewa yang menyemak membelukar

kubiarkan pintu terbuka, berharap wanita itu tergoda untuk menerima tawaran kehangatan. meskipun hanya untuk sesaat. berharap termakan bujuk dan rayuan yang kulancarkan. berharap terpesona dengan selembar tikar yang telah kugelar, terpikat dengan setumpuk selimut bukan secarik kain.

angin mulai berdesau, mengisai helai nyiur yang tadinya melambai. menyibakan rumpun dahan yang berkait membelit. kilaitan blitz dari langit semakin bergantian memotret alam. gelap malam semakin kelamt. udara semakin jenuh dengan uap air yang mulai terkondenasasi membentuk embun. meggigit kulit menusuk tulang.

ku persilahkan wanita yang meringkuk dalam diam itu untuk tetap dengan pilihannya. setelah tak mempan membujuk, merayu, menggoda dan memikat. setelah gerah mengajak, mendesak dan menggertak. tetap meringkuk dan mendekap gadis mungil yang mulai menggigil. angin yang sepoi telah membawa tempias. meyatukan embun dan rintik gemintik. mengiringi guntur yang mengelegar ditingkahi kilat yang menyakitkan.

ah...
interkoneksi langit tak akan pernah terputus. dengan hamba-hamba yang sahya. menyimpan duka dan nestapa. langit tak kan pernah tega. meliahat amanah-amanah yang tersia-sia. langit tak kan pernah rela, mendengar rintihan hati dari insan yang menyimpan sorga di telapak kakinya. langit tak tak akan menghalangi pesan-pesan jiwa yang menitikan air mata jauh kedalam kalbunya.

langit kan mewakilkannya.setiap helaan nafas amarah dengan badai yang menyesak.mewakilkan setiap jeritan jiwa dengan gemuntur yang mengelegar. mengantikan sayup kegelapan dengan kilatan yang menyambar. setiap doa kan terjawan diwaktu-waktu mustajab

kutatap langkah wanita yang tadinya meringkuk dan bersidekap diterasku. menghalau hujan, menatang badai, membelah kelam, menghentikan kilat, mematahkan dingin. menyatukan jiwa dengan alam menghilangkan batas-batas kewajaran.

ku tutup pintu karena tak sanggup menahan dingin yang menusuk kalbu. kilat yang membutakanku. gelegar gemuruh yang menulikanku. dan air yang menyesakkan dadaku dan tempias yang mengkerutkan imanku..

"Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran (hal yang keji, buruk), maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman. " (Shahih Muslim No.70)

myhome, 1/26/2010 3:03:58 AM Selengkapnya...

Monday, January 17, 2011

mari kita bicarakan kematian sebelum memulai kehidupan yang baru...

selamat aphoe...
engkau semakin mendekati kematian, jika engkau saat ini merasa hidup dan menikmati kehidupan yang Tuhan anugrahkan kepada engkau.
selamat aphoe, engkau semakin dekat dengan liang lahat yang sempit gelap dan menyesakan. engkau akan di hinakan di injak dan tak akan ada yang berharga yangengkau miliki, kecuali sobekan kapan yang akan juga lapuk seiring dengan membusuknya ragamu.


mari kita bicarakan kematian,
disaat engkau hidup saat ini, sebab kita tidak akan bisa membahasnya jika nyawa dan ragamu terpisah.
siapakah engkau aphoe?
tidak lain hanyalah bangkai berjalan. semua yang ada dalam pada dirimu penuh kebusukan. darah yang mengalir adalah najis yang bila saja berada di udara bebas kan menebarkan aroma amis menjijikan. telingamu, hidung, mulut, mata penuh kotoran. tangan kaki mu selalu bersentuhan dengan kotoran. yang paling utama adalah badanmu yang berongga, semuanya penuh dengan zat yang membusuk.
siapakah engkau aphoe?

mari kita bicarakan kematian,
kemana engkau akan melangkah, selalu diintai oleh maut,
engkau tidak tahu kapan dia akan menemuimu.
bagai bayang-bayang dia selalau mengikutimu.
hanya saja apakah engkau pernah menyadarinya?
betapapun dia menemui mu aphoe
engkau tak akan bisa memintanya dipercepat ataupun diperlambat
jangankan sedetik, sekejap matapun engkau tidak berhak memintanya

mari kita bicarakan kematian,
karena itu buka pembicaraan haram semisal info yang penuh ghibah
ini kepastian, lebih pasti dari ilmu pasti yang engkau dalami.

aphoe...
sudah berapa usiamu?
26 tahun?
oh tidak aphoe..
usiamu sudah melebihi 27 tahun  di hari ke delapan belas ramadhan tahun ini
gunakan perhitungan peredaran matahari dan bulan dan bumi, seperti yang di cantumkan dalam alqur'an
ah..
engkau mana paham alqur'an aphoe
engkau hanya bisa mengeja dan mendengangkannya saja
tidak pernah mencoba untuk mengambil hikmah dan pelajarannya
engkau bangga jika orang menilaimu bagus dalam membaca alqur'an
sedangkan kedalaman makna belum engkau pahami..
engkau tahu bahwa kebenaran hakiki itu adalah alqur'an
namun bisakah engkau mengambil kebenaranya aphoe...?
jika bisa definisikan alif...
definisikan huruf pertama sebelum kita mendefiniskan yang lain....
aphoe betapa engkau telah larut dalam kelalaian...
larut dengan dunai yang mempesona
sedangkan akhirat yang menantimu disana

aphoe 27 tahun bukanlah waktu yang singkat...
untuk menhitung seluruh nikmat yang engkau peroleh...

pernahkah engkau menghitung oksigen yang engkau ambil dari alam
pernahkah engkau menghitung karbon dioksida yang engkau lepaskan
pernahkah engkau menghitung berapa air yang engkau minum
pernahkan engkau menghitung berapa gula yang engkau cicipi
pernahkah engkau menghitung foton yang engkau lihat dalam keindahan pelangi
pernahkan engkau menghitung elektron yang berinteraksi dalam simpul sarafmu
pernahkah engkau menghitung berapa kali detak jantungmu berhenti?
pernahkah engkau menghitung berapa liter darah yang mengalir
pernahkah engkau menghitung ....?
pernahkah engkau menghitung ...?
pernahkah engkau menghitung semuanya aphoe?

engkau tidak akan sanggup menghitungnya...
sampai dimana nanti semua akan dihitung di yaumul hisab....
sampai seukuran dzarah...
the unlimited small thing
the smalest from the malest

dan jika nanti tiba masanya
bagaimana engkau mempertanggung jawabkan semuanya itu?
semua nikmat yang tidak pernah bisa engkau hitung.

aphoe...
mari kita bicarakan kematian untuk memulai kehidupan yang baru...

sebuah renungan disuatu pojok disebuah nagari kecil,daerah pinggiran kota pariaman, 21 ramadhan 1431 H/31 agustus 2010 8-23-02 am
Selengkapnya...

Satu malam untuk rindu yg tak terlampiaskan namun harus dituntaskan

Aphoe parkir motor (pinjaman) di depan pagar, karena memang halaman penuh dengan berbagai peralatan. Matikan motor. Dan bersamaan wajahmu menyembul dari pintu. Dan kau pun tersenyum.,

aphoe masuk lewat pintu samping, karena pintu depan terkunci. Lagian pintu samping memang terbuka.

Aphoe rebahkan badan di atas kursi diruangan tengah. Masih baru. nikmati empuknya busa. Pejamkan mata sejenak. Aah.. Serasa.

Engkau, duduk di kursi panjang seberang sana. Sambil terus berciloteh dan bertanya sehubungan dengan rencana masa depan yang menanti. Dan aphoe hanya menjawab sekedarnya, "sudah, belum, dan insya allah"

waktu terus berjalan. Beberapa lelaki sedang memasang peralatan, dan kitapun larut dalam obrolan. Banyak hal yang kita bicarakan. Namun lebih banyak tentang aphoe sendiri, tentang masa kanak, masa remaja dengan cita dan cinta. Sampai masa depan yang masih mengabur.

Wah begitu banyak hal yang kita perbincangkan. Masih banyak masalah yang kita perdebatkan. Seperti biasa engkau tetap berusaha untuk suatu ajakan. Dan sama seperti biasanya. Aphoe berusaha untuk melakukan penolakan.

Akhir kata, kita sepakat untuk tidak sepakat. Bagaimanapun juga hidup adalah perubahan. Dulu kita kanak kanak dengan sejuta impian. Sekarang adalah insan dengan satu tujuan. Namun dengan jalan yang berbeda,

dua jam berlalu. Masih banyak kerinduan ini yang belum terlampiaskan. Namun sepertinya harus dituntaskan. Karena tidak berapa lama lagi engkau kan terbang dengan insan yang dipilihkan untukmu.

Bintang masih berkerlip saat ku ucapkan kata pamit. Sama seperti dulu posisi mereka tetap ditempatnya. Hanya kita yang membuat perubahan. Ya.. Hidup adalah Perubahan..

(catatan apel malam minggu terakhir dengan dia)
20 Juni 2010 jam 16:09
Selengkapnya...

jangan marah aphoe....!!!

ah...
bagaimana aphoe
rasanya marah...
menyenangkan kah bagimu marah?

rasakanlah...
nafasmu yang memburu
memburu untuk nafsu..
nafsu yang mesti dilampiaskan


dengarakanlah
deru jantungmu yang berdegum
kencang sekali detaknya..
memompakan darah yang panas...

berkacalah aphoe...
lihatlah wajahmu yang memerah
menggarang..
sedangkan sebelah pipimu berkedut kencang...
nafasmu memburu
menghentak dan menyesak

aphoe...
jangan marah...
engkau akan tersiksa sendiri...
engkau akan hancur sendiri...

tersenyumlah ketika engkau hendak marah...
dari pada engkau menyeringai..

aphoe...
jangan marah...
24 Februari 2010 jam 23:43
Selengkapnya...

Tersenyumlah aphoe...

Tersenyumlah aphoe...
hidup itu singkat...
antara adzan dan iqamat
kemudian shalat

apa yang engkau cemaskan
gempa 8,3 yang diprediksi
atau..
tsunami yang diramalkan
badai yang mengamuk
petir yang menggelegar

tetaplah tersenyum aphoe..
meskipun engkau tahu
esok hari
ditimur tak ada lagi mentari...


engkau tidak akan pernah tahu
langkah, rezeki, pertemuan dan maut
semua sudah ditorehkan dalam catatan hidupmu

kemana saja engkau telah melangkah..
engkaulah yang tahu...
kemanakah langkah kakimu?
kemanakah langkah tanganmu?
kemanakah langkah matamu?
kemanakah langkah telingamu?
kemanakah langkah lidahmu?
kemanakah langkah pikiranmu?
dan...
kemanakah langkah hatimu?
semua sudah ditorehkan dalam catatan hidupmu!!!!
engkaulah yang menorehkan!!!

apa lagi yang engkau cemaskan?
rezkimu adalah milikmu
tidak akan ada yang akan mencurinya
hanya kamu perlu menjemputnya
dengan berkah atau tidak
engkau telah melakukannya

apa lagi yang akan engkau permasalahkan?
bukankan engkau sudah bertemu
bidadari-bidadari
yang akan mengisi kamar-kamar syurga

engkau telah menemukan mereka
namun mereka bukan untukmu
mereka hanya untuk hamba-hamba saleh

hamba yang saleh..
itukah yang kau pikirkan?

tersenyumlah aphoe...
meskipun langit runtuh...
bumi luluh...
matahari hancur berkeping...

tersenyumlah aphoe
sampai engkau akan bertemu dengan maut
bahwa setiap yang hidup kan bertemu dengannya
dia yang kan merengkuh jiwamu
dan membawamu membumbung
ke langit ketujuh...

renungkanlah aphoe
dia kan datang menjemputmu
bagaimanakah engkau kan menyambutnya
hanya amalmu lah yang kan membuktikannya

aphoe...
tetaplah tersenyum...
dan ikhlaskan senyummu...
meskipun engkau tahu...
esok kau tak kan bertemu dengan mentari..

Pariaman, 20/01/2010, 11:36:17 WIB
Selengkapnya...

from one smile...

tahukah engkau ukhtie...
reaksi kimia itu berlangsung sesaat
sangat cepat
kurasa hanya sepersekian mili detik

jika engkau tahu ukhtie..
reaksi super cepat itu...
menghasilkan energi yang berlipat ganda
membangkitkan megawatt lebih daya listrik
menjalin jutaan lebih impuls neuron
mengkatalis positif ribuan lebih mekanisme reaksi
dan..
itu berasal dari satu senyuman...

padamu ukhtie...
bisakah kau merasakan radiasi
dari reaksi kimia sepersekian milidetik
yang berasal dari satu senyuman...
ingin ku urai mekanisme reaksinya.
akankah engkau bisa memahaminya?
seperti experiment yang ku rangkai
dari lembar-lembar manuskrip memori
setelah mengalami sekian trial n error

tahukah engkau ukhtie...
ketika engkau tersenyum...
udara bergetar..
entah itu oksigen yang engkau hela
mungkin karbon dioksida yang kau hembuskan
bisa juga metana atau oksida nitrogen yang diproduksi mikroba
sampai kepada helium dan neon,
gas mulia yang dikenal teguh dan angkuh
semua bergetar...

ukhtie...
tanpa engkau sadari
saat engkau tersenyum...
molekul-molekul sepakat
bervibrasi hebat
rotasi mereka semakin cepat
translasi mereka tak terkendali
sampai tarnsisi elektronik terjadi
elektron meninggalkan orbitalnya
tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi

gelisah, semakin gerah...
tak nyaman dengan posisi yang lebih tinggi
deeksitasi ke orbital semula.
melepaskan sejumlah energi
kasat mata...

cukupkah sampai disitu?

tidak ukhtie...
gerah gelisah semakin bertambah.
bertambah berlipat,
berlipat berganda,
berganda berimbas
mengimbas molekul lain...
berantai...
bereaksi bersamaan
dan itu hanya sepersekian detik
SubhanALLAH...

tahukah engkau ukhtie...
setelah sekian jalur rantai reaksi
yang kompleks berbelit rumit
menghasilkan paket-paket kuanta energi yang kasat mata
superkuat...

menghujam nukletida
memisahkan neutron dan proton
meledak...
menhasilkan awan radiasi yang lain
super dahsyat...
ukhtie..
jika engkau mau saja berimajinasi
ledakan bom atom hiroshima nagasakipun
masih belum berarti dengan ledakan super dahsyat
dari satu senyuman itu
dan itu hanya dalam sepersekian detik

ukhtie...
radiasi ini bisa saja berbahaya
bisa juga berguna
apakah engkau merasakannya?
meski telah berlangsung belasan tahun silam
radiasi itu..
seperti bintang dilangit
indah berkelip
warna warni berkedip

tahulah aku sekarang ukhtie...
kenapa "sang nabi" menyuruh kita tersenyum
senyum ikhlas sebagai sedekah
karena kita tak akan pernah tahu
jika tuhan berkehendak
"kun fayakun"
ukhtie..
senyummu...
menyebabkan reaksi supercepat..
tmenghasilkan energi yang berlipat ganda
membangkitkan megawatt lebih daya listrik
menjalin jutaan lebih impuls neuron
mengkatalis positif ribuan lebih mekanisme reaksi
dan..
itu berasal dari satu senyuman...

Kurai Taji, 14 januari 2010, 15:51:54

Selengkapnya...